Kab.Tangerang ; Langit senja mulai meredup di atas Stadion Mini Pangeran Jaga Lautan, Kronjo, Jumat (29/8/2025). Namun, sorotan mata penonton justru semakin terang. Ribuan pasang mata, dari anak-anak kecil yang menenteng bendera hingga para pecinta bola yang setia menonton dari pinggir lapangan, tumpah ruah memenuhi tribun sederhana. Mereka datang bukan sekadar untuk menyaksikan sepak bola, melainkan untuk merasakan denyut kompetisi yang begitu dekat dengan kehidupan mereka: Linda Cup 2025.
Kick-off Penuh Gairah
Sejak peluit pertama dibunyikan, tempo permainan langsung tinggi. AGS Group Muncung tampil menekan. Mereka seperti ingin mengirim pesan bahwa kendali permainan ada di tangan mereka. Pada menit ke-20, tekanan itu membuahkan hasil. Sebuah gol cantik membuat para pendukung AGS melompat kegirangan. Skor 1-0, dan lapangan seolah berguncang oleh sorak-sorai.
Namun, euforia itu hanya bertahan sebentar. Putra Dua Mandiri, yang sempat tertekan, justru menemukan ruang untuk bangkit. Mereka merespons dengan serangan balik cepat yang menusuk jantung pertahanan AGS. Gol balasan tercipta, 1-1. Saat itu, atmosfer stadion memanas, dan tensi laga benar-benar terasa seperti duel klasik yang tak mengenal kompromi.
Drama Kartu Merah
Menjelang akhir babak pertama, momen krusial terjadi. Seorang pemain AGS Group Muncung diganjar kartu merah setelah pelanggaran keras. Sorak-sorai bercampur dengan desahan kecewa. Dengan hanya 10 pemain tersisa, AGS harus menatap babak kedua dengan ketegangan yang kian terasa.
Babak Kedua: Putra Dua Mandiri Menggila
Ketimpangan jumlah pemain akhirnya benar-benar terasa. Putra Dua Mandiri keluar dari ruang ganti dengan mental yang lebih beringas. Mereka menekan habis-habisan, memaksa AGS bertahan total.
Gol kedua akhirnya tercipta di menit ke-60 lewat sepakan keras yang tak mampu dijangkau kiper AGS. Stadion meledak. Tidak berhenti di situ, Putra Dua Mandiri terus melancarkan serangan. Gol ketiga menjadi klimaks yang menghentak, membuat skor 3-1 dan memastikan mereka melangkah ke semifinal.
Para pemain AGS terlihat kelelahan, namun tetap berusaha menjaga harga diri hingga peluit panjang berbunyi. Mereka pulang dengan kepala tegak, meski hasil akhir tak memihak.
Sepak Bola yang Hidup di Desa
Bagi para penonton, pertandingan ini bukan sekadar hasil di papan skor. Linda Cup sudah menjadi bagian dari identitas lokal, sebuah panggung tempat para pemain menunjukkan bakat dan kebanggaan. Sorakan suporter, dentuman bedug yang dibawa masuk stadion, hingga spanduk buatan tangan, semuanya memperlihatkan betapa sepak bola di level akar rumput punya jiwa yang tak kalah dari pertandingan profesional.
Putra Dua Mandiri kini melangkah lebih jauh, membawa mimpi baru bagi para penggemarnya. Tapi satu hal yang jelas, Linda Cup bukan hanya soal siapa yang menang atau kalah. Ia adalah tentang gairah, drama, dan kebersamaan yang membuat sepak bola tetap hidup, bahkan di stadion mini di sudut Banten.