Kab.Tangerang ; Matahari sore belum sepenuhnya tenggelam ketika ribuan orang berbondong-bondong menuju Stadion Mini Pangeran Jaga Lautan. Jalanan di sekitar stadion macet total, motor dan mobil berjejal, klakson bersahutan. Di kejauhan, bendera warna-warni berkibar, genderang ditabuh, dan yel-yel bergemuruh. Minggu, 24 Agustus 2025 itu, Kronjo bukan sekadar tuan rumah pertandingan sepak bola—ia menjelma menjadi pusat perhatian ribuan pasang mata yang haus akan drama di lapangan hijau.
Turnamen Linda Cup 2025 memasuki babak 16 besar. Di atas rumput stadion, dua tim bersiap: Porkos Kosambi Dalam dan GBI Pasir. Suporter keduanya sudah lebih dulu adu teriakan. Aroma persaingan tercium sejak langkah pertama pemain menjejakkan kaki di lapangan.
Babak Pertama: Benturan Strategi
Peluit pertama berbunyi. Sejak menit awal, tempo tinggi langsung terasa. Porkos Kosambi Dalam berusaha menekan lewat serangan sayap, sementara GBI Pasir menjawab dengan pressing ketat di lini tengah. Bola bergerak cepat, para pemain jatuh bangun, dan setiap sapuan bola disambut sorakan dari tribun.
Namun, dua sosok paling menonjol justru bukan striker atau gelandang, melainkan para penjaga gawang. Berkali-kali gempuran datang, tapi refleks cepat mereka membuat papan skor tetap membeku. Hingga 45 menit usai, kedudukan 0-0.
Babak Kedua: Tegangan Meninggi
Ketika babak kedua dimulai, suasana stadion semakin panas. Tribun bergemuruh, suporter berdiri, sebagian menyalakan flare kecil yang menambah dramatis atmosfer senja. Porkos Kosambi Dalam mulai berani mengambil risiko, mengubah skema menjadi lebih menyerang.
GBI Pasir tak tinggal diam. Mereka balas menekan, mencoba memanfaatkan celah pertahanan lawan. Laga berubah menjadi jual beli serangan tanpa kompromi. Teriakan penonton semakin histeris setiap kali bola mendekati gawang.
Menit-Menit Terakhir: Gol Penentu
Waktu seolah berjalan lambat ketika laga memasuki menit-menit akhir. Ketegangan terasa di setiap sudut stadion. Para pemain sudah mulai kelelahan, namun semangat tak pernah padam. Dan di momen itulah, sejarah ditorehkan.
Sebuah skema serangan rapi dari Porkos Kosambi Dalam memecah konsentrasi pertahanan GBI Pasir. Bola dikirim ke kotak penalti, terjadi sedikit kemelut, dan… gol! Bola bersarang mulus di gawang GBI Pasir.
Stadion meledak. Ribuan suporter berteriak serentak, melompat, berpelukan, bahkan meneteskan air mata. Para pemain Porkos Kosambi Dalam berlari ke pinggir lapangan, menyalami suporter, sementara lawan terdiam dengan wajah kecewa.
Peluit Panjang: Kemenangan yang Terukir
GBI Pasir mencoba bangkit. Beberapa peluang tercipta, tapi benteng pertahanan Porkos Kosambi Dalam seperti baja. Hingga peluit panjang ditiup wasit, skor tetap 1-0.
Sorak-sorai kemenangan tak kunjung reda. Para pemain Porkos Kosambi Dalam menyalami penonton, mengangkat tangan ke udara, seakan berkata: “Ini kemenangan kita bersama.”
Di tribun kehormatan, Kepala Desa Kosambi Dalam, Fauziyah Rahayu, Baginya, ini bukan hanya kemenangan sebuah tim, melainkan kemenangan seluruh masyarakat.
“Kami sangat bersyukur dan bangga. Semoga kemenangan ini jadi motivasi lebih besar menghadapi pertandingan berikutnya,” ucapnya dengan senyum penuh haru
Lebih dari Sekadar Sepak Bola
Bagi Porkos Kosambi Dalam, kemenangan ini berarti tiket ke babak 8 besar Linda Cup 2025. Namun, bagi suporter, ini lebih dari sekadar hasil pertandingan. Ini tentang identitas, tentang harga diri, dan tentang kebanggaan desa kecil yang berhasil menaklukkan panggung besar.
Malam pun turun di Kronjo, tapi riuh kemenangan masih bergema di jalanan. Lagu-lagu suporter dinyanyikan di warung kopi, obrolan tentang gol penentu memenuhi udara. Kronjo akan selalu mengingat hari ini, hari ketika Porkos Kosambi Dalam menorehkan kisah heroiknya di Linda Cup 2025.
